Memilih Deritamu Sendiri

Berapa banyak hal yang kita kutuk saat merasa sial atau ketika kita merasa banyak hal tidak memihak kita dengan baik?

Kita mengutuk takdir dan kehidupan yang membuntutinya, kita mengutuk masa depan dengan segala ketidakpastian yang membayanginya, tidak tertinggal pula masa lalu yang kita sumpah serapahi dengan ganas.

Kita mengutuk orang tua yang gagal, teman palsu, pasangan yang dingin, serta orang asing yang aneh. Kita lalu mengutuk diri yang lemah.

Semakin banyak kita menyalahkan hal-hal lain, semakin banyak derita yang kita tambahkan dalam kantung nafas kita. Menaruh andil dalam setiap sengal yang sesak.

Tanpa kita sadari, kita meracik sendiri derita dengan bumbu yang terlalu kental. Menambah-nambahi hal yang sudah buruk kadung terjadi. Kita bebal.

Tanpa kita sadari, kita bisa melakukan hal sederhana dan mengiris sedikit demi sedikit penderitaan menjadi kerelaan, keikhlasan. Sesederhana menarik nafas dalam-dalam dan berterima kasih atas pelajaran.

Alih-alih mengutuk dengan brutal, kita bisa memilih untuk belajar bahwa setiap penderitaan, kesialan, atau apa pun itu kita menyebutnya, adalah bagian dari kemungkinan yang telah kita amini. Setiap hal adalah resonansi dari keputusan yang kita pilih sebelumnya.

Kita yang memilih jenis derita kita sendiri. Dan kita luput untuk menyadari, seringkali.